Minggu, 08 September 2013

Kakekku, Idolaku

   Cerita ini tentang bagaimana. Bagaimana seseorang bisa menginspirasi kamu. memberi semangat dan kekuatan untuk kamu. tapi semua tetap kembali pada kamu. okay, Tuhan saya tahu mungkin saya memang tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa dari apa yang saya lakukan dan kerjakan, tapi entah kenapa saya tetap melakukannya.
saya memang mengeluh, marah, stress, teriak, dan menangis karena ini. tapi saya segera melupakannya ketika mimpi menjamah saya. terlelap dan bangun pagi dengan hati yang ceria lagi. Tuhan terimakasih karena KAU menjadikan saya pribadi yang pemaaf dan tidak pendendam. saya memang pemarah dan emosian, labil dan kekanakan. tapi saya cepat melupakan masalah. karena saya tidak suka menjadi 'sendiri' karena masalah saya. saya tahu saya melewati hal yang tidak mudah disini, terkadang merasa sendiri, dan dipanggil ketika dibutuhkan. jujur saya sedih. tetapi pada saat itu saja. cukup disitu saja, tiga langkah kedepan saya melupakannya.

 And now., saya masih tetap melalui sesuatu yang tidak mudah. tapi saya tau, orang-orang terdahulu saya juga pernah melalui ini, dan mereka bisa. kenapa saya tidak..? lalu saya mulai melupakan rasa benci saya, rasa marah dan sedih. dengan label "sabar". sebenarnya saat ini hanya butuh dukungan dan semangat dari orang-orang disekeliling. tapi mereka antara ada dan tiada. saya tersenyum walaupun hati saya yang cengeng ini sudah menangis. lalu saya berkata "saya wanita dan saya bisa".

   Tuhan, saya tau orang tua saya tidak lagi menyetujui dan mendukung saya dengan kegiatan-kegiatan ini. hingga membuat saya berbohong, sakit, dan dimarahi. tapi Tuhan, entah kenapa saya telah menjadi cinta dan menetapkan mereka juga bagian dari keluarga saya. Tuhan saya tau dan merasakan terkadang saya sendiri walaupun sedang dalam situasi ramai. dan sesuatu yang saya inginkan belum tentu seperti yang saya harapkan. saya sedih, tapi saya melupakannya. karena apa? karena mungkin bukan hak saya. dan bukan milik saya. dan terkadang ketika dalam sudut posisi sedih yang memuncak, saya pernah hendak berfikir untuk meninggalkannya. tapi reda, dan hilang. saya memaafkan.

   Pernah teman saya berkata, "bahagia itu kita yang ciptain, kalo ga bahagia dengan lingkungan itu pergi aja cari tempat yang bisa buat bahagia". hati saya "trus kalo sekarang aku mulai ga bahagia aku harus pergi dari sini gtu?". itu ga mungkin, aku ga mungkin ngelepasin sesuatu yang aku susah payah pertahaninnya, yang aku selalu bela dihadapan orang tuaku, yang aku tau aku bakal sakit hati dan sebagainya tapi aku rela. karena apa? karena aku cinta. aku tau ini menyita waktuku, menyempitkan waktu bersama teman-teman terdahulu. tapi karena aku juga tau, ini adalah keputusanku. saat memutuskan sesuatu, aku harus siap dengan segala konsekuensinya. termasuk konsekuensi dipojokkan dan ditinggalkan.

  Dan siapa yang mengispirasi saya? "dia" yang namanya tidak perlu disebut. dia yang selalu mendukung apapun yang saya lakukan, dia yang membuat saya ingin menjadi guru. dia yang selalu berfikir positif. dia yang merangkul ketika saya menangis. dia yang sudah dipanggil Tuhan yang Maha Esa.

@templatesyard